Kamis, 09 September 2010

MANGKAWANI-MANUNGGAL


MANGKAWANI :
ASYIK MENENUN………….. TAPI TIBA-TIBA BERHRNTI KARENA BENANG TENANUNANNYA MENJADI KUSUT………………………

MA’ INANG :
(MEMBAWA SEPERANGKAT MANGKUK BERISI AIR KEMBANG MELATI)
Betapa beningnya air mawar ini putri. Hamba mohon, putri segera meminumnya. Nanti bunganya layu dalam genangan, itu tidak baik. Pemali orang bilang.

MANGKAWANI :
Ma’ inang, benangnya kusut lagi.

MA’ INANG :
(MENYODORKAN GELAS MINUM……. Sudah saatnya putri.

MANGKAWANI :
Sebentar saja ma’ inang, biar kuluruskan dulu benang sutra ini.

MA’ INANG :
Benang itu ibarat rambut, harus selalu dijaga dan dibelai supaya lurus dan tidak kusut.
(MEMBANTU MELURUSKAN) Begitu juga perjalanan nasib, meski takdir di telapak tangan tetapi ia kekal pada kerahasiaannya.

MANGKAWANI :
Semoga kerahasiaan itu memihak padaku Inang.

MA’ INANG :
Apa maksudmu putrid ?

MANGKAWANI :
Sebelum kukatakan, aku yakin Ma’ inang sudah mengerti.

MA’ INANG :
Kalau begitu, takusah dikatakan putri,. Biarlah aku menemani putri meluruskan benang sutramu yang lagi kusut.

MANGKAWANI :
Seandainya Amandaku bisa meminjam nafas kecintaanmu, pastilah kekusutan pikiranku, bahkan kekusutan benang sutraku akan lurus dengan sendirinya.

MA’ INANG :
Mengapa putri berkata begitu ?

MANGKAWANI :
Belaian kasih sayang orang tua merupakan mukjizat kebahagiaan bagi hidupku, sekarang dan akan datang.

MA’ INANG :
Mengap putri tiba-tiba jadi bimbang terhadap kasih sayang orang tua ?

MANGKAWANI :
Apalah artinya jiwa ini jika terbelenggu oleh keinginannya yang bukan aku harapkan.

MA’ INANG :
Aku faham putri. Semoga keinginan putri menyatu, bersemayam di dalam kerahasiaan, dan memihak padamu putri…. Ayolah engkau perlu istirahat sayang.
(MANGKAWANI YANG MENDAMBAKAN SESUATU BERANJAK DARI TEMPATNYA DAN DIANTAR OLEH MA’ INANG KEDALAM BILIK)


ADEGAN 2


(SECARA DIAM-DIAM MANGKAU MENYAKSIKAN KEADAAN PUTRINYA YANG BERANJAK BERASAMA MA'INANG …..)

MANGKAU :
Sepuluh tahun silam…….. (KEKUATAN GAIB SEAKAN MERASUKI JIWANYA. TUBUHNYA DIGIGIL OLEH MASA LAMPAU. TIBA-TIBA IA KAGET MELIHAT WAJAHNYA DI DALAM MANGKUK YANG DITINGGAL OLEH MA’ INANG. IA MERASA PERLU DIBANTU, KARENANYA IA MEMUKUL LANTAI SEBAGAI ISYARAT KEPADA TUMARILALENG…….)

TUMARILALENG :
(TERGESA MENGHADAP) Datu junjungan kami, ada apa gerangan sehingga Tumarilaleng dipanggil ditengah malam begini ?

MANGKAU :
Suruh Kajao menjumpaiku di tempat ini, sekarang juga. (TERHUYUNG MENCAPAI SINGGASANANYA……..)

TUMARILALENG :
Segera Paduka.

KAJAO :


(naskah ini akan dilanjutakn………………………………………….)

1 komentar:

  1. Senin pagi, 4 Juni 2012, sy bertemu dengan Kak Utta (sapaan akrab AM Mochtar), di Warkop Phoenam, Jl. Wahid Hasyim, Jakarta.
    Kami bersalaman, bertegur sapa, basa-basi, lalu kembali duduk di meja terpisah.
    Kak Utta terlihat agak sibuk dan tidak banyak bicara. Beliau datang bersama seorang pria yg lebih muda, mungkin usianya sekitar 40 tahun. Pria itu keluar sekitar 10 menit lalu kembali lagi.
    Menjelang siang, sy pamit kepada Kak Utta, kami kembali bersalaman, lalu sy pergi.
    Terus terang ada perasaan kurang enak ketika itu, karena Kak Utta tampak lain dibanding biasanya. Beliau tampak tidak ceria, meskipun juga tidak murung, tetapi senyumnya tidak seperti biasa dan tampak sekali keceriaannya tidak tampak.
    Selasa, 24 Juli 2012, sy mendengar kabar meninggalnya Kak Utta, di Makassar. Beliau meninggal dunia sekitar pukul 04.30 Wita, di kediamannya, di kawasan Antang, Makassar.
    Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Selamat jalan Kak Utta, semoga arwahmu diterima dan mendapat tempat yg mulia di sisi Allah SWT. Aamiinn...

    BalasHapus